Celebrities Blog Directory

Selasa, 14 Agustus 2018

Turki sedang krisis ekonomi, namun toko HIGH END BRANDED FASHION tidak pernah sepi

Tabloid Berlian - Pelemahan nilai tukar mata uang lira Turki terhadap Dollar Amerika membuat kondisi ekonomi negara yang dijuluki Negeri Permadani itu berada dalam krisis. Kontras dengan masalah ekonomi yang dialami Turki, para shopper justru sedang bersorak.

Bagi sebagian wisatawan asing, Turki kini jadi destinasi belanja termurah untuk berbagai produk keluaran brand high-end seperti Louis Vuitton, Chanel hingga Hermes. Laporan dari Bloomberg, barang-barang high-end kini bisa dibeli dengan harga jauh lebih murah jika dibeli di Turki.

"Turki sekarang jadi tempat paling murah di dunia untuk berbelanja," kata Orhan, salah seorang turis yang mengantre di luar toko Louis Vuitton Turki di Istanbul.

Sementara itu di toko Chanel Turki, tas klasik Chanel Camera Case Bag dibanderol dengan harga 18.500 lira atau sekitar Rp 39 juta. Sementara di sejumlah toko Amerika Serikat, tas dengan tipe yang sama dijual USD 2.877 yang jika dirupiahkan menjadi Rp 42 jutaan.

Sementara itu di Eropa, tas tersebut dijual melalui situs resmi Chanel seharga USD 3.700 atau Rp 54 jutaan. Ini berarti harga produk high-end yang dijual di Turki lebih murah hingga 25 persen ketimbang negara lainnya.

Sebagian besar pembeli yang masuk atau mengantre di butik Chanel hingga Hermes berasal dari Arab dan Asia. Sementara warga Turki tak terlihat berad di butik-butik mewah tersebut.

"Kami mengumpulkan dollar dan membeli barang-barang dalam mata uang lira Turki," kata salah satu pengunjung di butik Louis Vuitton, Istanbul, yang hanya bersedia namanya disebut sebagai Carson.

Menurut pria asal China tersebut, pelemahan mata yang Turki memang memberikan keuntungan signifikan bagi turis asing dari beberapa negara tertentu. Namun dalam jangka panjang, akan membuat banyak perusahaan merugi.

"Untuk perusahaan ini tidak baik untuk jangka panjang, juga untuk masyarakat lokal. Mereka menderita karena (pelemahan) mata uang ini," pungkas Carson.

Seperti diketahui, per 14 Agustus 2018, Mata uang Turki, lira terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Lira telah jatuh ke rekor terendah yang mencapai 6,24 per dolar AS pada Jumat pekan lalu. Mata uang Turki ini telah anjlok hingga 66% sejak awal tahun ini.

Dikutip dari detikNews, pelemahan mata uang lira terhadap dolar AS terjadi karena kebijakan Presiden Donald Trump yang menggandakan tarif impor baja dan aluminium dari Turki.

Selain karena itu, mata uang lira sempat turun saat Recep Tayyip Erdogan dilantik menjadi presiden. Sebab, ia mengangkat Berat Elbayrak, menantunya sendiri, sebagai Menteri Keuangan Turki.