Celebrities Blog Directory

Jumat, 17 Agustus 2018

Siapa saja pendukung Prabowo yang mengubah haluan menjadi pendukung Jokowi?


Tabloid Berlian - Pilpres 2019 membawa atmosfer mengalihkan dukungan ke kubu lawan. Jika di Pilpres 2014 mereka berada di barisan terdepan dan menjadi tim sukses Prabowo Subianto yang head to head dengan Jokowi, kini mereka berbalik arah mendukung Jokowi.

Sejumlah tokoh ini berbalik mendukung Jokowi dan solid menginginkan Jokowi kembali jadi presiden di Pilpres 2019. Siapa saja mereka?

1. Ali Mochtar Ngabalin

Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin adalah sosok yang pada Pilpres 2014, menjadi anggota tim sukses pemenangan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Waktu itu dia memperkuat tim debat dan juru bicara pasangan tersebut.

Satu ingatan yang menarik tentang sosok Ngabali saat Pilpres 2014 ialah orasi politisi Partai Golkar itu, yang disorot setelah mendesak Allah SWT untuk berpihak kepada Prabowo-Hatta.

Ngabalin juga sempat berorasi saat acara halalbihalal itu. Orasi Ngabalin di depan massa simpatisan Prabowo-Hatta itu direkam, kemudian diunggah ke YouTube.

Saat berorasi sekitar 6 menit, Ngabalin mengucapkan terima kasih dan meminta maaf kepada para simpatisan.

Ia juga menyinggung gugatan hasil Pilpres 2014 di Mahkamah Konstitusi bahwa bukti yang dimiliki pihaknya sempurna. Ngabalin juga meyakini bahwa Prabowo-Hatta yang akan dilantik sebagai presiden dan waki

Namun, publik terganggu dengan pernyataan Ngabalin soal desakan kepada Allah SWT.

Awalnya, ia meminta para pendukung untuk terus mendoakan perjuangan tim hukum Prabowo-Hatta.

"Kita mendesak Allah SWT berpihak kepada kebenaran, berpihak kepada Prabowo-Hatta. Setuju?" ucap Ngabalin disambut teriakan "setuju" dari para pendukung.

Tahun berganti, Ngabalin kini berbalik arah mendukung Jokowi.

Dalam satu kesempatan, Ngabalin pernah menyarankan Partai Amanat Nasional (PAN) tidak bergabung dalam koalisi pendukung Joko Widodo atau Jokowi di Pilpres 2019 mendatang.

Ngabalin mengaku ragu, PAN dapat berbuat banyak memenangkan Jokowi pada Pilpres yang digelar April 2019 mendatang.

"Sebaiknya tidak usah deh. Karena belum tentu anda datang juga memberikan dukungan dari semua dukungan PAN. Bahkan, mungkin orang-orang yang selama ini mendukung Pak Jokowi malah berhenti mendukung," kata Ngabalin di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (7/8/2018).

Ngabalin berpendapat koalisi sembilan parpol yang telah dibangun untuk mendukung Jokowi sudah cukup solid. Apalagi, didukung oleh seluruh elemen relawan Jokowi yang ada saat ini.

"Sudah deh, tutup pintu, cukup. Kami enggak ada masalah di sini. Relawan semua siap mendukung Jokowi dua periode. Makanya kami bilang, lanjutkan," ucap Ngabalin.

Ngabalin pun menyasar sikap Ketua Dewan Kehormatan Amien Rais yang kerap kali berkomentar sinis atas pemerintahan Jokowi. Padahal, Ngabalin mengatakan PAN punya menteri di Kabinet Kerja.

"Hari-hari maki orang, hari-hari menyebutkan tidak ada baiknya Jokowi, tidak ada baiknya pemerintah. Kalau anda sebut pemerintah itu tidak benar, berarti anda kirim orang salah. Kan pemerintahan itu ada wakilnya PAN. Jadi, sudah deh enggak usah (gabung)," tandas Ngabalin.

2. Partai Golkar

Partai Golkar merupakan partai pengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Pilpres 2014.

Saat itu ada banyak politikus Golkar yang menjadi timses kubu Prabowo, diantaranya, Airlangga Hartarto, Agung Laksono, Nurul Arifin, Syarif Cicip Sutardjo, DR. Ir. Fadel Muhammad, Drs. Theo L. Sambuaga, DR. Idrus Marham, dan Tantowi Yahya.

Saat itu Aburizal Bakrie menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

Namun sejak akhir 2015 lalu, Golkar berbalik mendukung pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

Dalam pidatonya saat silaturahmi nasional di hadapan ratusan kader dan elit senior Partai Golkar, Agung Laksono menyampaikan pengumuman penting dan mengejutkan.

Agung Laksono mengaku sudah bersepakat dengan Aburizal Bakrie untuk mendukung pemerintahan Jokowi-JK yang diusung Koalisi Indonesia Hebat (KIH).

Dan pada 2016, melalui Rapimnas, Golkar memutuskan untuk mendukung Jokowi di Pilpres 2019.

Kini terdapat sejumlah kader Golkar menduduki jabatan sentral di pemerintahan Jokowi-JK, diantaranya Airlangga menjadi Menteri Perindustrian, Idrus Marham menjadi Menteri Sosial, dan Tantowi Yahya dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Duta Besar RI untuk Selandia Baru.

3. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) resmi memutuskan arah koalisinya ke Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Pilpres 2014 lalu.

Saat itu Ketua Umum PPP adalah Suryadharma Ali.

Ketika itu terdapat sejumlah kader PPP menjadi timses Prabowo di Pilpres 2014, diantaranya Lukman Hakim Saifuddin, Dimyati Natakusuma, Romahurmuziy dan Emron Pangkapi.

Namun, kini dalam pilpres 2019, di bawah ketua umum Romahurmuziy memutuskan koalisi dengan pasangan petahan Jokowi-Mar'ruf Amin.

4. Hary Tanoesoedibyo

Sosok berikutnya yang beralih dukungan dalam pilpres 2019 adalah Ketua Umum Perindo, Hary Tanoesoedibyo.

Saat pilpres 2014 lalu, Bos MNC Grup itu berada pada pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Nama Hary Tanoesoedibyo pun masuk dalam susunan timses Prabowo-Hatta saat itu. tepatnya menjadi salah satu Dewan Pakar prabowo-Hatta.

5. Muhammad Zainul Majdi atau lebih dikenal Tuan Guru Bajang (TGB)

Nama Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) dua periode itu menjadi santer dibicarakan di tanah air setelah sikapnya berbalik dukungan kepada Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019.

Menurut TGB, Jokowi merupakan tipikal pemimpin pekerja keras. Karena itu Jokowi layak kembali diberikan kesempatan maju di periode berikutnya.

Namun sebelumnya, di Pilpres 2014 lalu, TGB tercatat sebagai Ketua tim pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Saat itu TGB berhasil membawa Prabowo-Hatta jauh mengungguli Jokowi-JK di Nusa Tenggara Barat (NTB). Total sebanyak 72 persen suara yang diraih Prabowo di NTB.

Angka tersebut merupakan kemenangan terbesar Prabowo selain di wilayah Jawa Barat dan Sumatera Barat di Pilpres 2014 lalu.