Celebrities Blog Directory

Selasa, 21 Agustus 2018

Mantan - Mantan Era Jokowi beralih ke Prabowo


Tabloid Berlian - Acara ulang tahun mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung ke-73 seakan menjadi secercah sinar yang bakal menerangi jejak Ferry Mursyidan Baldan ke dunia politik yang belakangan memudar. Pria kelahiran 16 Juni 1961 tersebut mengawali karier politik di Partai Golkar sejak era orde baru. Dia sempat menjadi Ketua Kosgoro serta Sekjen Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI).

Dia sudah menjadi anggota DPR dari partai beringin sejak 1997 hingga 2009. Namun saat pemilihan anggota legislatif periode 2009-2014, pria berdarah Aceh ini tidak lolos ke Senayan. Dua tahun berselang Ferry akhirnya memilih hengkang dari partai yang membesarkan namanya itu dan pindah ke Partai NasDem yang dibesut Surya Paloh tahun 2011.

Nasib Ferry pun kembali cerah di 2014 saat dirinya dipilih menjadi salah satu menteri di Kabinet Kerja sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia/ BPN. Namun Ferry hanya menjabat 21 bulan. Dia terkena reshuffle kabinet jilid II pada 27 Juli 2016. Setelah itu sosok Ferry pun seolah menghilang.

Ferry kemudian menjadi sorotan saat datang ke rumah Akbar Tandjung, Selasa, 14 Agustus, lalu. Pasalnya, Ferry saat itu langsung dibujuk Sandiaga Uno, yang akan maju di Pilpres 2019 bersama Prabowo Subianto, untuk menjadi juru bicara pasangan tersebut. Gayung bersambut. Ferry siap membantu. "Dulu diperintah cawagub saja siap, apalagi sekarang diperintah cawapres," kata Ferry sumringah.

Setalah dicopot Jokowi, Ferry sempat bergabung dengan tim pemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Pilgub DKI 2017. Pasangan Anies-Sandi berhasil menang Pilgub DKI mengalahkan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.
Hadirnya Ferry di deretan tim kampanye Prabowo Sandi menambah deretan para mantan menteri Jokowi yang dicopot di tengah jalan. Sebelumnya Sandi merekomendasikan Sudirman Said, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dan Rizal Ramli mantan Menko Kemaritiman yang hanya menjabat 11 bulan di pemerintahan Jokowi.
"Ya, Pak Dirman, dan Pak Rizal Ramli itu adalah nama-nama yang high recommended dan ini yang sudah disampaikan kepada tim yang sekarang sedang menyusun (tim pemenangan)," kata Sandiaga di Jakarta, Selatan, Selasa, 14 Agustus.

Sandiaga menyebut Rizal Ramli dan Sudirman Said merupakan calon anggota tim pemenangan yang akan fokus menggodok visi dan misi terkait ekonomi. Dua tokoh itu diketahui memang pernah menjabat menteri yang mengurusi hal-hal berkaitan dengan ekonomi. 

Bergabungnya para mantan menteri Jokowi, seperti Ferry Mursyidan Baldan, Sudiman Said, dan Rizal Ramli, tersebut dianggap Kadiv Humas dan Advokasi DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaen punya nilai strategis bagi pasangan Prabowo-Sandi. “Nama-nama tadi punya reputasi sendiri, punya jaringan dan sudah punya bekal popularitas. Nah, tentu ini akan berefek suara bagi capres dan cawapres, akan mudah dikenali publik kan akan ada efek elektoralnya,” jelasnya.

Dia menampik dimasukkannya tiga mantan menteri itu sebagai bentuk perlawanan mereka terhadap Jokowi yang pernah menjadi bosnya. Namun, hingga saat nama-nama tersebut belum diketahui akan diposisikan di mana. Sebab saat ini keempat partai pengusung Prabowo-Sandi masih meramu struktur dan menetapkan ketua tim pemenangan terlebih dahulu.

Rizal Ramli kepada cnnindonesia.com menyatakan belum ada pembicaraan antara dirinya dengan pihak Prabowo-Sandiaga. Hingga saat ini, ia masih bersikap independen. "Kita memilih untuk tidak bersikap partisan yang sempit dan berlebihan. Kita loyal terhadap konstitusi, bukan capres," kata Rizal.

Adapun nama mantan Panglima TNI Jenderal (purnawirawan) Djoko Santoso menjadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Sandiaga. Pria asal Surakarta, Jawa Tengah, itu, diminta langsung oleh Prabowo untuk memimpin “pasukan perang” menghadapi Pilpres 2019. 

Sebelumnya, dari partai pendukung juga menyodorkan nama lain, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono dan Ketua MPR Zulkifli Hasan. “Beliau (Djoko Santoso) kan mantan panglima TNI. Dia juga jago susun strategi tempur, mempersiapkan struktur, mempersiapkan logistik, dan sebagainya,” ujar Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria.

Sosok Djoko Santoso memang sudah tidak asing buat Gerindra. Dia sudah membantu Prabowo yang saat itu berpasangan dengan Hatta Rajasa di Pilpres 2014. Bersama Mahfud Md dan Letjen (Purn) Yunus Yosfiah, ia membuat Djoko Santoso Center yang bermarkas di Jalan Dipenogoro, Menteng.

Saat Pilkada DKI Jakarta 2017, Djoko Santoso juga ikut menjadi tim pemenangan pasangan Anies-Sandiaga yang diusung Partai Gerindra, PKS, dan PAN. “Keuletan Pak Djoko melebihi aktivis saat jadi tim pemenangan. Dia bisa bekerja nonstop selama 24 jam,” timpal Wakil Ketua DPP Gerindra Habiburokhman.

Kelebihan lainnya, ungkapnya, Djoko sudah mengenal dekat Prabowo sejak perang di Timor-Timur, yang sekarang berganti menjadi Timor Leste. Sebelum munculnya nama Djoko Santoso, di lingkaran parpol koalisi banyak yang menginginkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menjadi ketua tim pemenangan. Namun karena menolak, Prabowo akhirnya menyodorkan nama mantan Ketua Dewan Penasihat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) itu.